الله
أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد.
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا . لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون . لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده . لا إله إلا الله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد .
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وجاهد في الله حق جهاده.
اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه أمهات المؤمنين وأصحابه الأخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكه واتبع سنته إلى يوم الدين . أما بعد أيها المسلمون أوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل.
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا . لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون . لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده . لا إله إلا الله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد .
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونستهديه ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وجاهد في الله حق جهاده.
اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه أمهات المؤمنين وأصحابه الأخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكه واتبع سنته إلى يوم الدين . أما بعد أيها المسلمون أوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل.
Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah
Pada pagi ini kita berkumpul melantunkan Takbir membesarkan
Allah Swt, MemujiNya, Bertasbih kepadaNya. Tiada yang layak dipuji kecuali
hanya Dia, Dia yang menghidupkan, Dia yang mematikan, Dia yang memberi rezeki.
Saudara-saudara kita pagi ini berangkat menuju Mina untuk melempar Jamratul
‘Aqabah. Semalam mereka bermalam di Muzdalifah. Kemarin mereka seharian penuh
berwuquf di ‘Arafah, menadahkan tangan kepada Robb memohon ampunnya, membukakan
pintu rahmatnya. Kita yang berada di tanah air, diganti Allah dengan puasa
‘Arafah tanggal 9 Zulhijjah yang Fadhilahnya dapat menghapuskan dosa tahun
kemarin dan dosa pada tahun ini.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Bukan suatu hal kebetulan Allah Swt menetapkan kewajiban Haji
kepada ummat Muhammad Shallahu alaihi Wasallam walau sekali dalam seumur hidup.
Haji adalah Ibadah yang mengandung makna penghambaan yang luar biasa kepada
Allah Subhanah. Sementara Hakikat kehidupan ini adalah penghambaan itu sendiri.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Mawla Azza Wajalla :
وما
خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
(Tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia, melainkan untuk mengabdi
kepadaKu). (Surat az-Zariyaat: 56) Bahkan setiap praktik Ibadah Manasik Haji
itu mengandung makna penghambaan. Ketika seseorang thawaf, Sa’i, wuquf, Mabit,
melempar Jamroh, semua kegiatan itu merupakan wujud penghambaan manusia kepada
al-Ma’bud Subhanahu. Hal ini sering dilupakan umat Islam termasuk mereka yang
melaksanakan Haji. Mereka umumnya melakukan manasik itu begitu saja tanpa
disertai penghayatan atas penghambaan kepada Allah Azza wajalla. Bahkan tak
sedikit mereka yang melaluinya sebagai formalitas belaka, tanpa mendalami dan
merasakan manisnya berhaji. Seorang yang memulai rangkaian Ibadah Manasik,
memulainya dengan Ihram dan membaca lafazh Talbiyah. Kalau kita perhatikan
ucapan Talbiyah itu, isinya semua berupa penghambaan kepadaNya.
لبيك
اللهم لبيك . لبيك لا شريك لك لبيك . إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
“Aku datang memenuhi panggilanMu, Ya Allah. Aku datang memenuhi
PanggilanMu. Tiada Sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan hanya
milikmu, dan juga kerajaan. Tiada Sekutu bagiMu.”
Betapa jelasnya ikrar/pengakuan akan penghambaan itu keluar dari
mulut orang yang berihram haji dan umroh. Pengakuan bahwa kedatangannya dari
negeri jauh, melintas samudera dan benua, hanyalah memenuhi panggilan Allah
semata. Pengakuan bahwa Allah itu hanya Satu, tidak ada sekutu bagiNya. Inilah
esensi Tawhid. Pengakuan bahwa pujian hanya pantas untuk Allah. Karenanya
pujian-pujian berlebihan tak pantas diberikan kepada manusia, apalagi
manusianya pernah memusuhi Allah, memperjuangkan bukan hukum Allah. Pengakuan
bahwa nikmat adalah kepunyaan Allah semata. Kita sebagai manusia, hanya diberi
amanah secuil dari nikmat itu untuk dirasakan oleh sebagian kita, dan sekaligus
menjadi ujian. Karenanya kita harus banyak mensyukurinya dan tidak mabuk dalam
nikmat itu. Jika Allah berkehendak, nikmat itu dicabutNya, kita suka atau tidak
suka. Pengakuan bahwa kerajaan adalah milik Allah Azza Wajalla. Kekuasaan yang
diberikanNya kepada sebagian manusia, hanyalah sedikit dan bersifat sementara.
Kita hanyalah hamba yang tidak memiliki apapun dan tak berkuasa sedikitpun.
Segala-segalanya hanya milik Allah dan tunduk pada kekuasaanNya. Pengakuan
sekali lagi bahwa Allah tidak bersekutu dengan sesuatu makhluq apapun. Dia
satu-satunya Ilah (Tuhan) yang berhak menerima penyembahan dari makhluq.
Begitulah isi dan makna Talbiyah.
Ikrar yang begitu tegas dan diteriakkan berkali-kali sepanjang
hari Arafah, malam hari di muzdalifah, hingga sampai di Mina pada pagi 10
zulhijjah, seharusnya meninggalkan bekas pada diri kaum Muslimin. Kalau kita
renungkan haji, ia sungguh merupakan wisata ruhany yang kental dengan muatan
‘aqidah. Ketika wukuf di Arafah, diharuskan memperbanyak zikir kepada Allah,
menjauhkan diri dari perbuatan yang tak bermanfaat, seperti berfoto ria, jalan
ke sana kemari, mencari teman, mengunjungi handai tolan, seperti kebiasaan
banyak jemaah haji kita. Bukan seperti itu. Arafah diisi dengan penghayatan,
pematangan Aqidah, membulatkan penghambaan diri kepada Al’Aziz al-Jabbar. Bila
haji dilaksanakan dengan pola seperti ini, ia akan melahirkan sosok manusia
baru dengan akidah yang tangguh. Komitmen kepada Islam yang sangat tinggi.
Kecintaan kepda ALLAH yang mengalahkan segala-galanya. Siapapun yang kembali
dari mengerjakan haji akan berubah. Bukankah yang pergi haji itu banyak
petinggi negara, pejabat pemerintah, politisi wakil rakyat, pebisnis, disamping
rakyat biasa. Apa pengaruh haji pada kehidupan mereka?
Seharusnya mereka itu menampakkan perubahan drastis, karena
aqidah sudah terbina. Penyelewengan jabatan, praktik korupsi, memperkaya diri,
curang dan menipu, seharusnya sudah berhenti total. Ya, kita bisa terima,
sebelum haji mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan di atas, tetapi setelah
menjalani pelatihan super intensive, materi super canggih, prilaku-prilaku
mereka harus berubah total, sekembalinya dari haji. Seharusnya lahir pejabat
Negara, politisi, dan aparat pemerintahan yang bersih, soleh, takut menyalah
gunakan uang rakyat, bahkan lahirlah politisi dan negarawan yang wala’
(loyalitas/keberpihakan)nya kepada hukum Allah. Partai/ormas boleh beda tetapi
akidah harus sama, berwala’ kepada Allah dan bertahkim kepada Syari’at Allah
Swt.
أفحكم
الجاهلية يبغون ومن أحسن من الله حكما لقوم يوقنون
“Apakah Hukum Jahiliyah yang lebih mereka sukai. Dan hukum siapa
yang lebih baik dari hukum buatan Allah, bagi kaum yang yakin.” (Al-Ma’idah:50)
Tidak ada tempat bagi sekularisme, Pluralisme, dan demokrasi ala
kuffar. Karena apa saja yang kita butuhkan dalam mengatur Negara, ada konsep
dan teorinya di dalam Syari’at Allah yang agung itu. Betapa tidak, Zat Yang
Maha Mengetahui akan melahirkan konsep yang maha canggih.
ألا
يعلم من خلق وهو اللطيف الخبير
“Ketahuilah. Yang mengetahui adalah yang mencipyakan. Dan Dia
Maha lembut dan Maha Mengetahui.” (Surat al-Mulk: 14)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.
Apa yang menimpa ekonomi Amerika akhir-akhir ini, berupa
hancurnya dunia usaha, yang berawal dari credit crunch dalam bisnis perumahan
di Amerika, salah satu pertanda kuat kehancuran sistem ekonomi Kapitalis.
Sistem Ekonomi yang berlandaskan pada Riba, uang melahirkan uang, bisnis yang
menggelembungkan angka-angka padahal tidak sesuai dengan nilai riilnya,
akhirnya sampai pada angka yang tak terbayang dalam otak pebisnis
$600,000,000,000,000. (enam ratus trilyun Dollar US). Maka dari kasus hancurnya
dunia finance di AS, dan negara-negara yang berkiblat kepadanya, apakah manusia
tidak juga mau belajar bahwa sistem yang diciptakan oleh manusia untuk
menandingi sistem yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, pada
gilirannya akan berujung pada kehancuran, malapetaka dan kesengsaraan. Syari’at
Islam mengajarkan bahwa riba adalah haram dan jual beli itu halal. Firman
Allah: أحل الله البيع وحرم الربا. “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Jual
beli harus memperlihatkan wujud barang yang dijual dan harga yang masuk akal
atas barang. Bukan seperti membeli kucing dalam karung. Riba lah yang
menghancurkan perekonomian Kapitalis, sebagaimana telah hancur sebelumnya
sistem sosialis di Eropa Timur. Allah Swt ingin memperlihatkan kepada manusia,
bahwa sistem yang mereka bangun bertentangan dengan sistem yang diturunkanNya,
cepat atau lambat akan hancur sekuat apapun tiang penyangga sistem itu. Allah
juga ingin memperlihatkan bahwa kesombongan dan keangkuhan hanya berakhir
dengan kehancuran. Kesombongan dan arogansi yang dipertontonkan oleh AS di
dunia Islam, wabil Khusus di Afghanistan, Iraq, Somalia, Sudan dan lainnya
tidak luput dari perhitungan Allah Tabaraka wata’ala. Berapa nyawa bangsa
Afghanistan yang hilang tanpa alasan? Berapa nyawa bangsa Irak dan kekayaaan
negeri itu yang musnah akibat kekejaman Negara yang sombong itu? Semuanya
tercatat dalam perhitungan Allah ‘Azza wa Jalla. Krisis financial Amerika
adalah mukaddimah kehancuran Negara besar itu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamu. Problem manusia
sebenarnya adalah problem ‘aqidah. Mayoritas manusia tidak menuhankan Allah
Azza wajalla. Mereka mengambil Tuhan selain Allah. Ada yang menuhankan manusia
dan leluhur. Ada pula yang menuhankan benda dan hawa nafsu, seperti roh, seks,
akal, teknologi, uang, jabatan, popularitas, dan sebagainya. Firman Allah
Tabaraka wata’ala:
أفرأيت
من اتخذ إلاهه هواه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة
فمن يهديه من بعد الله أفلا تذكرون.
“Apakah tidak engkau ketahui orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya dan Allah sesatkan dia dengan sadar, dan Allah mencap
pendengarannya dan hatinya. Dan Ia jadikan penglihatannya menjadi tertutup,
maka siapakah yang menunjukinya selain Allah? Apakah kamu tidak berfikir?”
(al-Jatsiyah 23).
Sebagian mereka ada yang sudah menjadi Muslim tetapi tidak
menyerahkan wala’ (loyalitas)nya kepada Allah. Mulut mereka mengucapkan La
Ilaaha illallah, namun hati mereka dan praktik hidupnya jauh dari makna Laa
Ilaaha illallah itu. Penyebabnya karena merekapun tidak paham hakikat makna
Syahadat itu. Konsekuensi Syahadat adalah tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt.
Bukan hanya tunduk dalam soal Ibadah ritual dan aturan-aturan yang menyangkut
dien (agama) saja. Tetapi kepatuhan total dan ketundukan mutlak kepada Allah
Swt. Para Ulama Tawhid menjelaskan maknanya adalah : لا
معبود بحق إلا الله“Tidak ada
yang disembah dengan sah selain dari Allah”. Jadi hawa nafsu, manusia, nenek
moyang, teknologi, kecantikan, seni, ideologi, faham, benda, roh, apapun selain
Allah tidak boleh diTuhankan, disembah, dikultuskan, didewa-dewakan, dianggap
sakti, dan seterusnya.
Dalam kenyataan sebagian umat Islam masih terjerumus dalam
menuhankan faham/ideologi yang dibuat oleh umat di luar mereka, seperti
sekularisme, nasionalisme, materialisme, demokrasi, liberalisme, humanisme,
feminisme, dan isme-isme lain. Berarti mereka belum menuhankan Allah dalam arti
yang sesungguhnya, karena Allah tidak menerima falsafah-falsafah yang dibuat
oleh manusia, lalu dianut sebagai kebenaran, selain apa yang diturunkan oleh
Allah, yakni al-Islam. Mereka mengekor begitu saja kepada umat di luar mereka
yang tidak memiliki petunjuk hidup. Sungguh ironi, kaum yang memiliki petunjuk
hidup (hidayah) mengekor kepada kaum yang sesat. Seharusnya, kaum yang sesat
mengikuti kaum yang mendapat petunjuk, agar mereka ikut selamat. Umat Islam di
dunia ini rata-rata hidupnya mengekor kepada umat lain. Mereka menjadi pengekor
setia kaum di luar mereka, di semua bidang dan sektor; mulai dari ideologi,
faham, hobbi, idola, model, brand, trend, gaya, penilaian, dan yang lainnya.
Umat Islam tidak hanya menjadi pasar produk teknologi saja, tetapi juga sudah
menjadi pasar bagi produk ideologi dan faham kaum kuffar. Faham apa saja yang
muncul di barat, akan didapatkan pengikutnya di tengah kaum Muslimin. Ini
mengingatkan kita benarnya prediksi Nabi Saw empat belas abad silam yang
mengatakan :
(لتتبعن أمما قبلكم شبرا بشبر ذراعا بذراع
حتى إذا دخلوا جحر ضب لدخلتموه).
“Kalian akan mengikuti ummat sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga kalau mereka masuk ke lubang biawak,
niscaya kamupun ikuti mereka.”
Dalam soal penilaianpun, umat islam mengekor dan berkiblat
kepada Barat kaum Kuffar. Apa saja yang dianggap buruk oleh kuffar, juga
dianggap buruk oleh ummat Islam. Sebaliknya apa yang dianggap mereka sebagai
kewajaran dan baik, juga dianggap wajar dan baik oleh ummat Islam. Akhir-akhir
ini banyak isu dilemparkan oleh musuh-musuh Islam melalui media massa dan
disambut oleh ummat ini dengan sikap membeo dan mengekor, seperti murid dengan
gurunya. Barat melemparkan isu terorisme dan menuduhkan perbuatan terorisme
kepada Islam dan ummatnya, maka umat Islampun ikut-ikutan seperti beo. Ada
Orang yang dituduh oleh Barat sebagai teroris, kitapun ikut-ikutan menuduhnya
teroris. Padahal mereka itulah induknya teroris. Israel dan Amerika itulah yang
membuat kerusuhan dahsyat di muka bumi ini. Mereka lah yang menjadi kaum
perusak nomor wahid di dunia ini. Tapi, dia bisa mengalihkan opini dunia,
kerusuhan dahsyat yang dia buat menjadi tidak kelihatan/hilang, sementara orang
Muslim yang soleh yang difitnahnya sebagai pembuat kerusuhan, dihukum oleh
public secara zalim. Umat islam sekali lagi membeo kepada mereka. Pornografi,
homoseks, dan penyimpangan seksual yang bejat, kotor, dan bertentangan dengan
fitrah manusia, baik Muslim atau non Muslim, menjadi indah dan wajar dalam
pandangan mereka. Sebagian Ummat Islam pun ikut-ikutan menilai yang bejat itu
menjadi wajar. Ajaran yang dianggap sesat di dalam islam, mereka anggap Hak
Azasi Manusia dan merupakan kebebasan untuk meyakini ajaran apa saja. Na’uzu
Billah min zalik.
Jika Barat menganggap poligami itu buruk dan aib, di mana
seorang lelaki mempunyai isteri yang sah lebih dari satu, maka umat Islampun
ikut-ikutan menilai poligami itu buruk dan penindasan terhadap perempuan.
Bahkan meng”hukum” orang yang melakukannya. Tapi, jika seorang lelaki atau
perempuan berganti-ganti pasangan tanpa nikah, melakukan hubungan zina dengan
siapa saja yang dia sukai, mereka anggap wajar dan kebebasan sebagai manusia.
Beginilah nasib ummat Islam sekarang. Menilai sesuatu dengan mengikuti standar
penilaian kaum Kuffar. Menikahi anak belasan tahun dianggap oleh Barat sebagai
pelecehan terhadap anak, maka ummat Islampun ikut mencelanya. Sementara
anak-anak jalanan belasan tahun yang melakukan hubungan seks, tidak pernah
diributkan oleh media. Di Barat, anak umur 14 tahun sudah diajari gurunya di
sekolah cara berhubungan badan yang ‘aman’. Dan anak-anak sekolah
mempraktikkannya dengan teman-temannya. Itu tidak dianggap tabu, karena tidak
menikah. Jika menikah dengan sah, akan menjadi aib dan malu.
Lalu pertanyaannya sampai kapan kita sebagai pengekor? Apakah
tidak tiba saatnya, ummat Islam ini hidup dewasa, merdeka, mandiri dengan
kebijakan sendiri, tidak bergantung kepada bangsa lain manapun. Padahal mereka
mempunyai ‘aqidah. Mereka memiliki kitab suci sebagai petunjuk. Mereka
mempunyai sunnah Nabinya Saw yang dijadikan pedoman dalam memahami jalan yang
benar. Kapankah saatnya, ummat Islam kembali kepada kesadarannya untuk
menjalankan hukum Agamanya untuk mengatur dunia dan akhiratnya? Sadarkah mereka
bahwa solusi tidak pernah datang dari luar mereka, melainkan dari dalam mereka
sendiri? Marilah kita berdoa kepada Allah Swt agar ummat ini diberiNya petunjuk
dan Hidayah untuk menapaki jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang beriman.
Amiin.
اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه ، وأرنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه.
اللهم إنا نسالك الهدى والتقى والعفاف والغنى. اللهم ارفع مقتك وغضبك عنا . اللهم
لا تدع في مقامنا هذا ذنبا إلا غفرته ولا هما إلا فرجته ولا دينا إلا قضيته ولا
حاجة من جوائج الدنيا إلا قضيتها ويسرتها يا رب العالمين. اللهم أعز الإسلام
والمسلمين وأذل الشرك والمشركين ودمر أعداءك أعداء الدين.
No comments:
Post a Comment