Fonologi
adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi
= ilmu.
Menurut
hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi:
1. Fonetik
yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
2. Fonemik
yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan
fungsi bunyi tesebut sebagai pembeda.
4.1 FONETIK
Adalah
bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Menurut
terjadinya bunyi bahasa itu, fonetik dibedakan menjadi :
1. Fonetik
Artikularis / Fonetik Organis / Fonetik Fisiologis
Mempelajari
bagaimana alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa,
serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
2. Fonetik
Akustik
Mempelajari
bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau feomena alam.
3. Fonetik
Auditoris
Mempelajari
bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telingakita.
4.1.1 Alat Ucap
Nama-nama
alat ucap yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa :
1.
Paru-paru (lung)
2.
Batang tenggorok (trachea)
3.
Pangkal tenggorok (larynx)
4.
Pita suara (vocal cord)
5.
Krikoid (cricoid)
6.
Tiroid (thyroid) atau lekum
7.
Aritenoid (arythenoid)
8.
Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis
(epiglottis)
10.
Akar lidah (root of the tongue)
11.
Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)
12.
Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13.
Daun lidah (blade of the tongue, laminum)
14.
Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15.
Anak tekak (uvula)
16.
Langit-langit linak (soft palate, velum)
17.
Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18.
Gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)
19.
Gigi atas (upper teeth, dentum)
20.
Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21.
Bibir atas (upper lip, labium)
22.
Bibir bawah (lower lip, labium)
23.
Mulut (mouth)
24.
Rongga mulut (oral cavity)
25.
Rongga hidung (nasal cavity)
4.1.2
Proses Fonasi
Terjadinya
bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paruparu melalui
pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara
yang harus berada dalam posisi terbuka,melalui rongga mulut atau rongga hidung,
udara diteruskan ke udara bebas.
4.1.3 Tulisan
Fonetik
Tulisan
fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara Latin, yang ditambah dengan
sejumlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf Latin itu.
4.1.4
Klasifikasi Bunyi
Bunyi
bahasa dibedakan atas vocal dan konsonan. Beda terjadinya bunyi vocal dan konsonan
adalah arus udara dalm pembentukan bunyi vocal, setelah melewati pita suara, tidak
mendapat hambatan apa-apa, sedangkan pembentukan bunyi konsonan, arus udara itu
masih mendapat hambatan atau gangguan.
4.1.4.1
Klasifikasi Vokal
Berdasarkan
posisi lidah dan bentuk mulut, vocal-vokal itu diberi nama :
[i]
adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e]
adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂]
adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o]
adalah vokal belakang tengah bundar
[a]
adalah vokal pusat rendah tak bundar
4.1.4.2
Diftong Atau Vokal Rangkap
Karena
posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian
akhirnya tidak sama. Berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, Diftong
dibedakan menjadi :
1. Diftong
niak, karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua.
2. Diftong turun,
karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
4.1.4.3
Klasifikasi Konsonan
Dibrdakan
berdasarkan 3 patokan / criteria :
1. Berdasarkan
posisi pita suara :
a. Bunyi
bersuara, apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadi getaran
pada pita suara.
b. Bunyi tidak
bersuara, apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getyaran
pada pita suara.
2. Berdasarkan
tempat artikulasinya :
a. Bilabial,
konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir
atas.bunyi [b], [p], dan [m].
b. Labiodental,
konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada
bibir atas, bunyi [f] dan [v].
c.
Laminoalveolar, konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun lidah
menempel pada gusi, bunyi [t] dan [d].
d. Dorsovelar,
konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan vlum langitlangit lunak, bunyi [k]
dan [g].
3. Berdasarkan
cara artikulasinya :
a.
Hambat (letupan, plosive, stop), bunyi [p], [b], [t], [d], dan [g].
b.
Geseran atau frikatif, bunyi [f], [s], dan [z].
c.
Paduan atau frikatif, bunyi [c] dan [j].
d.
Sengauan atau nasal, bunyi [m], [n], dan [η].
e.
Getaran atau trill, bunyi [r].
f.
Sampingan atau lateral, bunyi [l].
g.
Hampiran atau aproksiman, bunyi [w] dan [y].
4.1.5
Unsur Suprasegmental
Dalam
suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung terus-menerus diselangseling dengan
jeda singkat atau agak singklat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah
bunyi, panjang pendek bunyi, ada bunyi yang dapat disegmentasikan yang disebut bunyi
segmental.
4.1.5.1 Tekanan
atau Stres
Menyangkut
masalah keras lunaknya bunyi.
4.1.5.2 Nada
atau Pitch
Berkenaan
dengan tinggi rendahnya bunyi.
4.1.5.3 Jeda
atau Persendian
Berkenaan
dengan hentian bunyi dalam arus ujar.
1.
Jeda antar kata, diberi tanda ( / )
2.
Jeda antar frase, diberi tanda ( // )
3.
Jeda antar kalimat, diberi tanda ( # )
4.1.6
Silabel
Silabel
atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan
bunyi ujaran. Satu silabel meliputi satu vokal, atau satu vokal dan satu
konsonan atau lebih.
4.2 FONEMIK
Adalah
bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Objek penelitian
fonemik adalah fonem.
4.2.1
Identifikasi Fonem
Untuk
mengetahui apakah sebuah bunyi fonematau bukan, kita harus mencari sebuah
satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya
dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan bahasa pertama, kalau kedua satuan
bahasa itu berbeda maknanya, berarti bunyi tersebut adalah fonem.
4.2.2 Alofon
Adalah
dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama. Alofon-alofon dari sebuah fonem
memiliki kemiripan fonetis, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Distribusi
alofon bisa bersifat komplementer dan bebas. Distribusi komplementer /
distribusi saling melengkapi adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa
dipertukarkan dan bersifat tetap pada lingkungan tertentu. Distribusi bebas
adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan
bunyi tertentu.
Alofon
adalah realisasi dari fonem, maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak
karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon itu dan yang konkret atau nyata ada
dalam bahasa adalah alofon itu, sebab alofon itulah yang diucapkan.
4.2.3 Klasifikasi
Fonem
Kriteria
klasifikasi terhadap fonem sama dengan criteria yang dipakai untuk klasifikasi
bunyi (fon) dan panamaan fonem juga sama dengan penamaan bunyi.
4.2.4 Khazanah
Fonem
Adalah
banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem yang dimiliki
suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.jumlah fonem
bahasa Indonesia ada 24 buah, terdiri dari 6 buah fonem vokal (a, i. u, e, ∂,
dan o) dan 18 fonem konsonan (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,
w, dan z).
4.2.5 Perubahan
Fonem
Sebuah
fonem dapat berbeda-beda tergantung pada lingkungannya atau pada fonem-fonem
lain yang berada disekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fonem bersifat fonetis,
tidak mengubah fonem itu menjadi fonem lain.
Beberapa
kasus perubahan fonem antara lain :
4.2.5.1
Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi
adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat
dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu sama atau mempunyai
cirri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Dalam proses
disimilasi, perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda
atau berlainan.
4.2.5.3 Umlaut,
Ablaut, dan Harmoni Vokal
Umlaut
= perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal iti diubah menjadi vokal yang
lebih tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang tinggi.
Ablaut
= perubahan vokal yang kita temikan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman untuk
menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Harmoni
vokal atau keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turki yang berlangsung dari
kiri ke kanan atau dari silabel yang mendahului ke arah silabel yang menyusul.
4.2.5.4
Kontraksi
Adalah
hilangnya sebuah fonem atau lebih yang menjadi satu segmen dengan pelafalannya
sendiri-sendiri.
4.2.5.5
Metatesis dan Epentesis
Proses
metatesis mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Proses
epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya,
disisipkan ke dalam sebuah kata.
4.2.6 Fonem dan
Grafem
1. Grafem e
dipakai untuk melambangkan dua buah foe\nem yang berbeda, yaitu fonem /e/ dan
fonem /∂/.
2. Grafem p
selain dipakai untuk melambangkan fonem /p/, juga dipakai untuk melambangkan
fonem /b/ untuk alofon /p/.
3. Grafem v
digunakan juga untuk melambangkan fonem /f/ pada beberapa kata tertentu.
4. Grafem t
selain digunakan untuk melambangkan fonem /t/ digunakan juga untuk melambangkan
fonem /d/ untuk alofon /t/.
5. Grafem k
selain digunakan untuk melambangkan fonem /k/ digunakan juga untuk melambangkan
fonem /g/ untuk alofon /k/ yang biasanya berada pada posisi akhir.
6. Grafem n
selain digunakan untuk melambangkan fonem /n/ digunakan juga untuk melambangkan
posisi /n/ pada posisi di muka konsonan /j/ dan /c/.
7. Gabungan
grafem maih digunakan : ng untuk fonem /η/; ny untuk fonem /n/; kh untuk fonem
/x/; dan sy untuk fonem /∫/.
8. Bunyi
glottal stop diperhitungkan senagai alofon dari fonem /k/; jadi, dilambangjan
dengan grafem k.
No comments:
Post a Comment