Madinah (MCH)-Masjid dan benteng Khandaq adalah salah satu peninggalan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Khandaq berarti parit. Dalam sejarah Islam, Khandaq adalah peristiwa penggalian parit untuk benteng pertahanan melawan kaum kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya yang mengepung Madinah.
Untuk menuju ke bekas benteng Khandaq yang
berada di Jalan Abu Bakar Shiddiq sangatlah mudah. Jaraknya juga dekat. Dari
Masjid Nabawi hanya berjarak sekitar 2,5 km.
Bisa naik taksi dari sekitar Masjid Nabawi
dengan ongkos sekitar 10-15 riyal per orang. Mereka biasanya menawarkan program
wisata itu dengan tawaran ziarah di beberapa tempat seperi Gunung Uhud, Masjid
Quba, Masjid Khandaq dan Masjid Qiblatain.
Dinamakan perang Khandaq karena umat Islam
menjadikan parit untuk benteng pertahanan melawan musuh. Parit yang dalam itu
ternyata mampu menahan serangan kaum Quraisy yang jumlahnya lebih banyak
dibanding umat muslim waktu itu.
Saat ini bekas-bekas peninggalan perang
Khandaq yang ada hanyalah berupa lima buah masjid. Masjid di tempat itu
sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khamsah.
Untuk mengenang dan menghormati jasa
pejuang dan syuhada Khandaq, kaum Muslim membangun masjid di lokasi yang
menjadi tempat pertahanan para sahabat. Ada tujuh buah masjid yang dibangun.
Karena itu kemudian dinamakan Masjid Tujuh (Sabah), yakni Masjid Salman, Masjid
Abu Bakar, Masjid Umar, Masjid Utsman, Masjid Ali, Masjid Fatimah, dan Masjid
Fatah.
Sejarah perang Khandaq terjadi pada bulan
Syawal tahun kelima Hijriyah. Pembuatan parit ini merupakan inisiatif dari
salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Salman Al Farisi. Salman Al Farisi
berasal dari Iran.
Sebelum serangan dimulai, Rasulullah
bersama sahabat dan umat muslim menggali parit bersama-sama. Setiap 10 orang
kaum Muslimin harus bisa menyelesaikan penggalian parit sepanjang 40 meter.Umat
muslim berhasil menggali parit sepanjang 5,5 km, lebar 4,6 meter dan kedalaman
lebih dari 3 meter.
Penggalian itu membutuhkan waktu sekitar 10
hari. Parit itu berada di barat laut Madinah memanjang dari utara ke selatan
dan menjadikan sekitar Gunung Sila (Sal’a) atau Jabal as-Sila’ sebagai benteng
pertahanan umat muslim. Saat perang terjadi, tidak ada satupun pasukan berkuda
kaum Quraisy yang mampu melewati parit tersebut karena lebar dan dalam. Karena
kaum Quraisy bersama sekutunya tidak bisa melewati parit.
Pertempuran yang terjadi tidak secara
terbuka namun hanya mengandalkan pasukan pemanah. Dalam peristiwa itu, sempat
terjadi pertarungan satu lawan satu antara Ali bin Abi Thalib dengan Amr bin
Abdu Wudd. Ali berhasil membunuhnya. Saat perang terjadi kaum muslim menjadi
syuhada sebanyak enam orang. Sedangkan dari pasukan Quraisy sebanyak 12 orang.
Saat ini, parit yang terletak di bagian
selatan Madinah sudah hilang. Bekas masjid tujuh itu masih ada, namun sudah
ditutup dan tidak digunakan. Hanya masjid Fatah saja yang masih bisa digunakan
untuk salat.
Oleh karena kepentingan perluasan kawasan
kota Madinah, dua buah masjid yakni Masjid Abu Bakar AR dan Masjid Utsman AR
tergusur. Saat ini yang masih tersisa dan bisa kita lihat langsung hanya lima
buah. Kelima masjid itu kemudian dikenal dengan nama Masjid Khamsah (Masjid
Lima).
Saat kami melakukan penelusuran ternyata
letak masjid Abu Bakar RA dan Utsman RA itu berada di areal parkir kendaraan
para penziarah. Kedua masjid itu sudah hilang sejak awal tahun 2000-an karena
perluasan tempat parkir.
Yang menarik saat berkunjung di tempat itu,
kami berbarengan dengan jamaah haji haji asal Iran. Di salah satu masjid yakni
Masjid Ali secara berkelompok
mereka melakukan doa bersama. Namun karena
jumlah jamaah Iran yang banyak itu, kemudian oleh Asykari dilarang berdoa di
tempat itu. Kita pun tidak bisa masuk karena sudah tertutup pintu pagar besi dan
hanya melongok dari luar saja.
Semoga artikel ini bermanfaat..
No comments:
Post a Comment