1. MORFEM
1.1
Identifikasi Morfem
Untuk
menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan
bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa
hadir secara berulang-ulang denganbentuk lain, maka bentuk tersebut adalah
sebuah morfem. Sehingga dapat disimpulkan morfem adalah satuan bentuk yang
hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, dengan tetap memiliki makna
yang sama.
1.2 Morf dan
Alomorf
Untuk
mengetahui apa itu morf dan alomorf perhatikan bentuk dibawah ini;
-melihat
-membawa -menyanyi
-merasa
-membantu -menyikat
Bentuk
mem- pada membawa dan membantu merupakan distribusi me- pada bentuk dasar yang
fonem awalnya /b/ dan juga /p/, begitu juga dengan bentuk meny- pada menyanyi
dan menyikat merupakan distribusi me- pada bentu dasar yang fonem awalnya /s/. Sehingga
bentuk-bentuk tersebut memiliki makna yang sama.
Dapat
dikatakan alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi berlainan darimorfem yang
sama. Selain itu juga bisa dikatakan adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk
yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, sedangkan
alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status
morfemnya.
1.3 Klasifikasi
Morfem
1.3.1 Morfem
Bebas dan Morfem Terikat
Morfem
Bebas adalah Morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan,
misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas.
Morfem
terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat
muncul dalam pertuturan. Semua imbuhan dalam bahasa Indonesia adalah morfem
terikat.
1.3.2 Morfem
Utuh dan Morfem Terbagi
Untuk
mengetahui maksud dari morfem utuh dan terbagi lihat contoh di bawah :
Kepulauan →
(ke) + (pulau) + (an) morfem (ke) dan (an) adalah morfem terbagi, karena
berperan sebagai awalan danakhiran dari morfem dasar. Sedangkan morfem (pulau)
adalah morfem utuh, karena tetap menjadi satu kesatuan. Namun pada contoh lain
seperti gerigi, yang
mempunyai
morfem dasar (gigi) lalu diberi infiks (-er-) sehingga menjadi gerigi. Dalam
hal ini morfem (gigi) merupakan morfem terbagi karena dipisahkan oleh infiks
(-er-) menjadi (g-/-igi).
1.3.3 Morfem
Segmental dan Suprasegmental
Morfem
segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental,seperti morfem
(lihat), (lah), (sikat), dan (ber).Jadi,semua morfem yang berwujud bunyi adalah
morfem segmental.Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk
oleh unsur-unsur suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan,nada,durasi, dan sebagainya.
1.3.4 Morfem
Beralomofr Zero
Dalam
linguistic deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol
(lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud
bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa
“kekosongan’.
Alomorf
zero banyak terdapat pada bahasa inggris untuk bentuk jamak dan lampau. Sebagai
contoh bentuk jamak sheep adalah sheep, sehingga dapat ditulis Sheep → sheep +
Ø. Atau bentuk lain seperti foot yang bentuk jamaknya feet, dapat dituliskan sebagai
berikut; Feet → Foot + Ø.
1.3.5 Morfem
Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Yang
dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara
inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dulu
dengan morfem lain. Misalnya morfem seperti kuda, pergi, lari .
Sebaliknya,
morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.
Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam
suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal
ini adalah morfem-morfem afiks,seperti (ber-) ,(me-), dan (ter-).
1.4 Morfem
Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal(Stem), dan Akar (Root)
Istilah
Bentuk dasar atau dasar (base) adalah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu
proses morfologi. Umpamanya pada kata berbicara yang terdiri dari morfem ber-
dan bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar dari kata berbicara
itu,atau disebut sebagai morfem dasar.
Istilah
pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, contohnya
kata menangisi bentuk pangkalnya adalah tangisi dan morfem me- adalah sebuah
afiks inflektif.
Akar
(root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh
lagi, artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan.
Misalnya kata inggris untouchables akarnya adalah touch.
2. KATA
2.1. Hakikat
Kata
Para
linguis hingga dewasa ini kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat
mengenai konsep apa yang disebut kata itu. Disamping itu, menurut para tata
bahasawan tradisional kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian,
atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai
satu arti.
2.2 Klasifikasi
Kata
Klasifikasi
kata dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang tidak pernah
terlewatkan. Sejak zaman aristoteles hingga kini , termasuk juga dalam kajian
linguistik indonesia, persoalannya tidak pernah bisa tertuntaskan. Hal ini
terjadi, karena, pertama setiap bahasa mmiliki cirinya masing-masing, kedua karena
kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam.
Para
tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi. Kriteria
makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa. Sedangkan
kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasi preposisi, konjungsi, adverbia,
pronomina, dan lain-lainnya. Begitulah, menurut tata bahasawan tradisional ini,
yang disebut verba kata adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan, yang
disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan, dan yang
disebut konjungsi adalah kata yang bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan
kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain.
Namun
rumusan verba nomina, dan konjungsi seperti di atas untuk bahasa Indonesia
ternyata banyak menimbulkan masalah,sebab ciri morfologi bahasa Indonesia
ternyata tidak dapat menolong untuk menentukan kelas-kelas kata itu. Contohnya
dalam bahasa Indonesia, kata yang berprefiks ter- belum tentu termasuk
verba,sebab ada juga yang termasuk nomina seperti terdakwa dan tertuduh. Malah
adverbia dalam bahasa Indonesia tidak memiliki ciri-ciri
morfologis.
Selain
para tata bahasawan tradisional di atas ada juga para tata bahasawan strukturalis
dan linguis yang mencoba untuk membuat klasifikasi kata. Namun tetap saja
banyak menimbulkan persoalan dalam pengidentifikasiannya.
2.3 Pembentukan
Kata
2.3.1 Inflektif
Perubahan
atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konyugasi, sedangkan pada nomina dan
ajektifa disebut deklinasi. Inflektif dapat dikatakan morfem yang memiliki
alomorf sehingga bermakna berbeda namun masih dalam satu kelas, dan memiliki
identitas leksikal yang sama.
2.3.2 Derivatif
Pembentukan
kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya
tidak sama dengan kata dasarnya, selain maknanya berbeda, kelasnya juga tidak
sama. Contohnya morfem dasar makan, diberi
afiks me- menjadi memakan dan diberi afiks –an menjadi makanan, sama-sama
berasal dari kelas verba (makan) berubah menjadi memakan, kelas verba dan
makanan, kelas nomina. Kedua kata tersebut jelas beda makna dan kelas.
3. PROSES
MORFEMIS
3.1. Afiksasi
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiks dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif. Yang dimaksud
dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata
inflektif atau paradigma infleksional. Sedangkan afiks derivatif adalah afiks
yang digunakan untuk membentuk kata baru, yaitu kata yang identitas leksikalnya
tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Afiks
menurut posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan menjadi prefiks,
infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. Berikut pengertiannya ;
· Prefiks :
afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.
Contoh, me-
pada menangis; di- pada dimakan.
· Infiks :
afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar.
Contoh, -er-
pada gerigi ; -el- pada seruling.
· Sufiks :
afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar.
Contoh, -kan
pada maafkan ; -an pada makanan.
· Konfiks:
afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awa bentuk
dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhirbentuk dasar.
Contoh, ke-/-an
pada kehujanan ; me-/-an pada memalukan.
· Interfiks:
sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua
buah unsur.
Contoh,dalam
bahasa indo German liebe+brief = liebe.s.brief
· Transfiks:
afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
3.2.
Reduplikasi
Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
Reduplikasi
penuh contohnya, meja-meja dari dasar meja, reduplikasi sebagian lelaki dari
dasar laki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi bolak-balik dari dasar
balik.
3.3. Komposisi
Komposisi
adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Misalnya, lalu
lintas, daya juang, dan rumah sakit.
3.4. Konversi,
Modifikasi Internal, dan Suplesi
Konversi
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental.
Modifikasi
Internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur ke dalam
morfem yang berkerangka tetap. Ada sejenis modifikasi internal lain yang
disebut suplesi, suplesi adalah sejenis modifikasi internal yang proses
perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir
tidak nampak lagi. Misalnya dalam bahasa inggris go bentuk lampaunya went,atau
verba be menjadi was dan were.
3.5. Pemendekan
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya bentuk lab
utuhnya laboratorium, hlm utuhnya halaman, L utuhnya liter, SD utuhnya Sekolah
Dasar.
Hasil
proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan, sngkatan, dan akronim.
Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari
bentuk yang dipendekkan itu, misalnya lab dari laboratorium. Yang dimaksud
dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, contohnya SD( Sekolah Dasar),
kg (kilogram). Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat
dilafalkan sebagai kata,misalnya ABRI(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia),
Wagub (Wakil Gubernur).
3.6.
Produktivitas Proses Morfemis
Proses
inflektif bersifat tertutup karena tidak membentuk kata baru. Lain halnya
dengan derivasi, proses derivasi bersifat terbuka karena dapat membuat kata-kata
baru. Oleh karena itu boleh dikatakan proses derivasi adalah produktif sedangkan
proses infleksi tidak produktif.
4. MORFOFONEMIK
Morfofonemik
adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik
afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahab fonem dalam proses
morfofonemik ini dapat berwujud;
· Pemunculan
Fonem, dapat dilihat prosesnya dalam pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk
dasar baca yang menjadi membaca, dimana terlihat muncul konsonan sengau /m/.
· Pelepasan
Fonem, dapat dilihat prosesnya dalam pengimbuhan akhiran – wan pada bentuk
dasar sejarah yang menjadi sejarawan, di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu
menjadi hilang.
· Peluluhan
Fonem, dapat dilihat prosesnya pada pengimbuhan prefiks kepada bentuk dasar
sikat menjadi menyikat, dimana fonem /s/ pada sikat diluluhkan dan disenyawakan
dengan bunyi nasal /ny/ dari prefik tersebut.
· Perubahan
Fonem, dapat dilihat prosesnya pada pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar
menjadi belajar, dimana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/.
· Pergeseran
Fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang
lain, biasanya ke silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat dilihat dalam proses
pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana fonem /b/ yang semula berada
pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/.
No comments:
Post a Comment